Melawan Dengan Restoran


Tiap mau beli buku, selain tertarik karena judul ataupun pengarangnya, klo cari buku pasti baca dulu yang di belakang covernya., salah satu buku yang saya baca tulisan di belakang nya berkisah : 

"Dunia perlawanan sering kali dipenuhi jargon-jargon heroik dan metode yang njelimet. Berbagai teori juga kisah mengenai dunia perlawanan selalu dibumbui dengan beragam hal. Mulai dari soal cara pengumpulan massa dan bagaimana mengorganisirnya sehingga tujuan yang hendak dituju tercapai. Dunia perlawanan juga melahirkan beragam ikon. Baik yang ngepop, maupun yang serius dan bisa membuat kening berkerut.

Buku ini sepenuhnya tak membuat pembaca sulit mencerna kisah dan aroma perlawanan yang ada di dalamnya. Buku yang berasal dari awancara dan pendalaman dengan Sobron Aidit, adik kandung Ketua CC Partai Komunis banyak menceritakan tentang perlawanan dengan menggunakan mediun sederhana: restoran dan makanan.

Dari restoran yang hingga kini masih berdiri dan beraktivitas di Paris, Perancis, para pelarian politik menyusun kekuatan melawan rezim Orde Baru pimpinan Soeharto. Di restoran ini juga banyak aktor-aktor perlawanan berkumpul. Tak hanya itu, restoran bernama Restoran Indonesia ini juga menjadi tempat para pelarian politik muda yang dikejar-kejar Orba berteduh. Budiman Sudjatmiko, Yeni Rosa Damayanti, dan Sri Bintang Pamungkas, turut merasakan amannya berteduh di restoran ini"

itulah kisah yang saya baca di belakang buku tersebut, bukunya berjudul Melawan Dengan Restoran, seingat saya beli buku ini bersamaan dengan buku Dunia Paralel kebetulan lagi ada obral buku di Gramedi* (nyari yang murah). Bukunya waktu itu saya persiapkan tuk menemani perjalanan kebetulan lagi mau hijrah.

Ceritanya tentunya menarik di baca karena menyangkut kisah perjuangan tuk bertahan di negeri orang, dan kisah tentang para pelarian yang di kejar kejar penguasa. Sobron Aidit merupakan adik mantan ketua Centra Commite Partai Komunis Indonesia (PKI), D.N. Aidit, semua mungkin sudah kenal dengan nama yang satu ini, kecuali memang dulu sering bolos waktu belajar sejarah. Sobron Aidit sebelumnya tinggal di Beijing dan menjadi pengajar dan wartawan disana, setelah sang kakak meninggal dunia dan dia beserta keluarga lolos dari pembantaian terhadap kaum kiri, yang dilancarkan pemerintahan orde baru, dia terus menetap di negeri orang yaitu tiongkok dan Paris.
Berada di negeri orang tidak membuatnya lupa dengan tanah airnya, melalui tulisan-tulisannya dia berdiskusi di grup mailing list yang ada. Ia tidak pernah mengabaikan kritik dan tanggapan kawan-kawan sesama anggota mailing list terhadap tulisan-tulisannya. Dari buku ini pula saya mengikuti grup diskusi pak Sobron, walaupun pas saya ikut pas Sobron memang sudah meninggal dunia, ia meninggal dunia pada 10 Februari 2007. Berdasarkan kisah salah seorang anaknya, dia terpeleset dan jatuh di sebuah stasiun bawah tanah di Paris saat mencari layanan internet, untuk berkomunikasi dengan kawan kawannya di Indonesia.

Dari kisah Pak Sobron ini, perlawanan bukan hanya dengan fisik tapi dengan tulisan tulisannya, sosok yang membuat saya kagum karena ia merupakan maniak diskusi, walaupun di usianya yang sudh tidak muda lagi, dan produktif dalam hal menulis.

Restoran Indonesia, ya restoran Indonesia namanya mereka semua para pelarian tentu rindu dengan tanah airnya, makanan di restoran itu mendekatkan mereka dengan Indonesia. Lewat menu makanan, Sobron mengibarkan semangat keindonesiaan di restoran yang kemudian menjadi tempat berkumpul yang mengasikkan bagi para pejabat tanah air bila berkunjung ke Prancis. Melawan dengan Makanan !!! eh salah Melawan dengan Restoran !!!

Komentar

Postingan Populer