FIORENTINA vs juventus LEBIH DARI SEKEDAR PERMAINAN (Bag. III)


Luka publik Firenze terhadap Juventus memang sangat dalam. Setelah Juventus 'mencuri' Scudetto 1982 dari genggaman Fiorentina, pada musim 1989/90 Bianconeri kembali berulah.

Pada musim 1985/1986, Fiorentina merekrut pemain muda penuh talenta, Roberto Baggio, dari Vicenza. Di Klub barunya, pemain berambut ikal ini tumbuh sebagi penyerang elegan dan haus gol.

Empat tahun berselang, tepatnya musim 19989/1990, bersama gelandang asal Brasil Carlos Dunga, Baggio membawa Fiorentina melaju ke final Piala UEFA. Lagi-lagi lawan mereka adalah Juventus.

Pada pertandingan pertama di Turin, Fiorentina menyerah 1-3. Tapi mereka tetap optimis bisa merebut gelar juara dengan kemenangan di kandang sendiri. Namun nasib kembali tak berpihak kepada Fiorentina. Gara-gara pendukungnya dianggap bikin onar di Turin, FIGC (PSSI-nya Italia) melarang Fiorentina menggelar partai kedua di stadion Artemio Franchi.

Sialnya, 'kota netral' yang terpilih adalah Avellino. Kota kecil ini memang tak punya klub besar. Tapi pendukung Fiorentina tetap tak senang. Pasalnya, warga Avellino punya tradisi mendukung Juventus. Benar saja, tanpa dukungan publik setempat, Fiorentina dipaksa main imbang tanpa gol. Gelar pun melayang lagi.

Yang lebih menyakitkan, hanya beberapa pekan berselang, Juventus menikam I Viola dari belakang. Menjelang Piala Dunia 1990, tiba-tiba La Vecchia Signora membeli Baggio dengan rekor transfer - saat itu - 8 juta poundsterling. Baggio saat itu mengaku tak berniat meninggalkan Firenze dengan mengatakan; "Saya dipaksa menerima transfer ini."

Seisi kota Firenze pun meradang. Pendukung yang marah bahkan melampiaskannya lewat aksi-aksi kekerasan di jalanan kota. Bendera-bendera Juventus dibakar dan sekitar 50 orang terluka. Juventus dituduh tak cuma 'mencuri' scudetto dan Piala UEFA tapi bintang kesayangan mereka.

Source : Today.co.id

Komentar

Postingan Populer