Surat Khadafi untuk Obama
PEMIMPIN Libia Moamar Khadafi sangat disegani dan disanjung di negaranya. Dalam kondisi normal, tak seorang pun berani membantah keinginannya. Namun di tengah guncangan aksi protes sebagian rakyat Libia dan tekanan negara lain, sejumlah anggota kelompok oposisi kini berani menantangnya.
Kendati sedang dibombardir, Khadafi tetap tegar. Rasa percaya diri dan kesombongannya pun seakan tidak pernah luntur. Bahkan dia tidak takut dengan ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama.
Hal itu terungkap dalam surat Khadafi yang dikirim ke Obama sebelum pesawat tempur AS, Inggris, dan Prancis membombardir Libia, Sabtu (19/3).
Jika membaca surat Khadafi, orang Amerika mungkin bisa marah karena dinilai sebagai pelecehan. Tetapi bisa juga tersenyum atau malah tertawa. Pasalnya surat pemimpin Libia itu bak lelucon. Terutama, saat dia menyebut Obama sebagai 'anakku'. Beginilah isi surat Khadafi untuk Obama.
"Untuk anakku, yang mulia, Mr Barack Hussein Obama. Saya telah mengatakan kepada Anda sebelumnya, bahkan jika Libia dan Amerika Serikat memasuki satu peperangan, kendati Tuhan melarangnya, Anda akan selalu tetap seorang anak. Foto Anda tidak akan berubah."
Sungguh 'manis' ucapan yang dilontarkan Khadafi. Rangkaian kalimat yang disusunnya menggambarkan tidak terjadi apa-apa kecuali konfontrasi kimia yang terjadi pada benak Khadafi.
Tetapi pada surat itu juga ada kalimat dari pria berusia 68 tahun itu yang isinya lebih memesona. Sebagaimana diungkapkan Khadafi sebelumnya bahwa oposisi dan pemberontak antipemerintah Libia di belakangnya disokong kelompok Al-Qaeda.
"Al-Qaeda adalah organisasi bersenjata yang melintasi melalui Aljazair, Mauritania, dan Mali. Apa yang Anda lakukan jika Anda tahu mereka mengendalikan kota-kota di Amerika dengan kekuatan senjata? Apa yang akan Anda lakukan, sehingga saya dapat mengikuti contoh Anda."
Namun tampaknya surat itu tidak mendapat tanggapan dari Obama. Tidak ada jawaban resmi dari Presiden AS tersebut. Kendati begitu, Khadafi kembali menulis surat. "Libia bukan milik Anda. Libia untuk semua orang Libia," tulis Khadafi.
"Ini tidak adil, ini jelas agresi, dan ini risiko yang tidak diperhitungkan konsekuensinya bagi Mediterania dan Eropa. Anda akan menyesalinya jika mengambil langkah intervensi dalam hubungan internal."
Tampaknya tulisan surat kedua menggambarkan kekecewaan besar atas tindakan pemerintah AS. Kolonel Khadafi menyebut Obama dengan 'anakku' dalam suratnya sebagai bentuk ungkapan kekeluargaan. Namun apa boleh buat, 'kata manis' Khadafi belum cukup menggoyahkan hati Obama. Justru jawabannya suatu yang tidak diharapkan.
AS malah mengirimkan pesawat-pesawat tempurnya untuk memberi peringatan kepada Khadafi yang terus membantai warganya sendiri.
Sumber : Media Indonesia
Kendati sedang dibombardir, Khadafi tetap tegar. Rasa percaya diri dan kesombongannya pun seakan tidak pernah luntur. Bahkan dia tidak takut dengan ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama.
Hal itu terungkap dalam surat Khadafi yang dikirim ke Obama sebelum pesawat tempur AS, Inggris, dan Prancis membombardir Libia, Sabtu (19/3).
Jika membaca surat Khadafi, orang Amerika mungkin bisa marah karena dinilai sebagai pelecehan. Tetapi bisa juga tersenyum atau malah tertawa. Pasalnya surat pemimpin Libia itu bak lelucon. Terutama, saat dia menyebut Obama sebagai 'anakku'. Beginilah isi surat Khadafi untuk Obama.
"Untuk anakku, yang mulia, Mr Barack Hussein Obama. Saya telah mengatakan kepada Anda sebelumnya, bahkan jika Libia dan Amerika Serikat memasuki satu peperangan, kendati Tuhan melarangnya, Anda akan selalu tetap seorang anak. Foto Anda tidak akan berubah."
Sungguh 'manis' ucapan yang dilontarkan Khadafi. Rangkaian kalimat yang disusunnya menggambarkan tidak terjadi apa-apa kecuali konfontrasi kimia yang terjadi pada benak Khadafi.
Tetapi pada surat itu juga ada kalimat dari pria berusia 68 tahun itu yang isinya lebih memesona. Sebagaimana diungkapkan Khadafi sebelumnya bahwa oposisi dan pemberontak antipemerintah Libia di belakangnya disokong kelompok Al-Qaeda.
"Al-Qaeda adalah organisasi bersenjata yang melintasi melalui Aljazair, Mauritania, dan Mali. Apa yang Anda lakukan jika Anda tahu mereka mengendalikan kota-kota di Amerika dengan kekuatan senjata? Apa yang akan Anda lakukan, sehingga saya dapat mengikuti contoh Anda."
Namun tampaknya surat itu tidak mendapat tanggapan dari Obama. Tidak ada jawaban resmi dari Presiden AS tersebut. Kendati begitu, Khadafi kembali menulis surat. "Libia bukan milik Anda. Libia untuk semua orang Libia," tulis Khadafi.
"Ini tidak adil, ini jelas agresi, dan ini risiko yang tidak diperhitungkan konsekuensinya bagi Mediterania dan Eropa. Anda akan menyesalinya jika mengambil langkah intervensi dalam hubungan internal."
Tampaknya tulisan surat kedua menggambarkan kekecewaan besar atas tindakan pemerintah AS. Kolonel Khadafi menyebut Obama dengan 'anakku' dalam suratnya sebagai bentuk ungkapan kekeluargaan. Namun apa boleh buat, 'kata manis' Khadafi belum cukup menggoyahkan hati Obama. Justru jawabannya suatu yang tidak diharapkan.
AS malah mengirimkan pesawat-pesawat tempurnya untuk memberi peringatan kepada Khadafi yang terus membantai warganya sendiri.
Sumber : Media Indonesia
Komentar
Posting Komentar