FIORENTINA vs juventus LEBIH DARI SEKEDAR PERMAINAN (Bag. IV)


Setelah Juventus membajak Roberto Baggio dari Fiorentina pada tahun 1990. Tifosi I Viola yang marah sempat menyerbu ke kamp latihan tim nasional Italia di Coverciano, kota kecil dekat Firenze. Yang jadi sasaran bukan cuma Baggio, melainkan juga juga Nicola Berti. Setahun sebelumnya, Berti memang meninggalkan Fiorentina ke Inter Milan.

Tapi sasaran utama kemarahan publik adalah presiden Fiorentina, Lorenzo Righetti. Ia dipandang tak becus dan rakus. Akibatnya, Righetti terpaksa menjual sahamnya kepada pengusaha hiburan Mario Cecchi Gori. Sebelum meninggal, sang miliarder kemudian mewariskan jabatan presiden I Viola kepada anaknya, Vittorio.

Ketika Baggio kembali ke Firenze pada musim berikutnya penjagaan terhadapnya begitu ketat. Suasana stadion pun terasa mencekam karena pendukung Fiorentina tampak masih geram.

Puncaknya ketika Juventus mendapat hadiah penalti. Saat itu tuan rumah lebih dulu unggul satu gol. Baggio, spesialis eksekutor penalti Juventus, tiba-tiba menolak jadi algojo. Terang saja, tak cuma penonton, seluruh awak La Vecchia Signora pun kebingungan dibuatnya.

Lalu Gigi De Agostini yang mengambil eksekusi tersebut gagal memanfaatkannya, kemudian Baggio pun ditarik keluar untuk diganti dengan pemain lain. Namun saat memasuki ruang ganti, ia mengenakan syal warna ungu milik Fiorentina. Terang saja, 'kelakuan' Baggio itu menjadi sesuatu yang juga sulit dimaafkan oleh para Juventini.

Tapi, Thomas Haesller, rekan setimnya kala itu, memaklumi Baggio. "Untuk pertama kalinya sepanjang hidup, baru saat itulah saya merasakan bertanding tak cuma lawan 11 orang. Tapiu menghadapi seisi stadion," kata gelandang asal Jerman itu.

Namun setelah itu, Fiorentina mencoba mengatasi kehilangan Baggio dengan membeli penyerang muda asal Argentina yang kemudian menjadi simbol kedigdayaan I Viola, Gabriel Omar Batistuta.

Source : Today.co.id

Komentar

Postingan Populer